Aceh Ekspor Kondensat ke Thailand, Berapa Bagian untuk Aceh?
Acehantara.com | Banda Aceh – Provinsi Aceh kembali menorehkan capaian penting di sektor migas. Melalui Pema Global Energi (PGE), perusahaan daerah yang mengelola Wilayah Kerja B, Aceh berhasil melakukan ekspor kondensat ke Thailand. Kegiatan ini menandai langkah strategis Aceh dalam memperkuat posisi sebagai daerah penghasil energi sekaligus pemain aktif di pasar internasional.
Kondensat merupakan cairan hidrokarbon ringan yang terbentuk dari gas alam ketika tekanan dan suhu turun saat gas naik ke permukaan. Proses ini menyebabkan sebagian komponen gas berubah menjadi cairan jernih menyerupai bensin atau minyak tanah. Kandungannya terdiri dari senyawa seperti pentana, heksana, dan heptana, menjadikannya sebagai minyak bumi ringan bernilai ekonomi tinggi.
Dalam industri migas, kondensat memiliki banyak manfaat strategis. Cairan ini dapat diolah menjadi bahan bakar bensin, avtur (bahan bakar pesawat), LPG, pelarut industri, hingga bahan baku petrokimia untuk pembuatan plastik, serat sintetis, dan produk kimia lainnya. Nilai jualnya yang tinggi membuat kondensat menjadi komoditas ekspor unggulan, sejajar dengan minyak mentah.
Ekspor kondensat oleh PGE tidak hanya menunjukkan kemampuan teknis dan manajerial entitas migas Aceh, tetapi juga menjadi indikator keberhasilan lifting produksi energi di bawah pengawasan Badan Pengelola Migas Aceh (BPMA). Kegiatan lifting ini menandakan bahwa Wilayah Kerja B masih memiliki potensi besar dalam menopang ketahanan energi nasional sekaligus meningkatkan pendapatan asli daerah (PAD) Aceh.
Namun, pertanyaan publik kini mengemuka: berapa sebenarnya bagian yang akan diterima Aceh dari ekspor kondensat tersebut?
Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2006 tentang Pemerintahan Aceh dan peraturan turunan terkait pengelolaan migas, Aceh berhak mendapatkan 70 persen dari bagi hasil migas yang dihasilkan di wilayahnya. Skema bagi hasil ini diharapkan menjadi sumber pendapatan signifikan bagi daerah, terutama dalam mendukung pembangunan ekonomi, sosial, dan infrastruktur.
Selain aspek finansial, ekspor perdana kondensat ke Thailand ini diharapkan membuka peluang kerja sama baru dengan mitra internasional dan memperkuat kepercayaan investor terhadap sektor energi Aceh. Ke depan, keberhasilan ini menjadi sinyal positif bagi pengembangan industri hilir migas di Aceh, agar tidak hanya mengekspor bahan mentah, tetapi juga mengembangkan fasilitas pengolahan sendiri di tanah rencong.
Dengan capaian ini, Aceh menegaskan diri bukan hanya sebagai penghasil sumber daya alam, tetapi juga sebagai daerah yang siap mengelola dan mengekspor hasil energinya secara mandiri dan berkelanjutan.
Tinggalkan Balasan Batalkan balasan