Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte Ditangkap ICC: Kejahatan Apa yang Telah Saya Lakukan?
Mantan Presiden Filipina Rodrigo Duterte ditangkap oleh kepolisian setempat di Bandara Internasional Manila setelah mendarat dari Hong Kong. Penangkapan ini dilakukan berdasarkan surat perintah Mahkamah Pidana Internasional (ICC) terkait penyelidikan atas kebijakan “perang melawan narkoba” yang diterapkan selama masa jabatannya sebagai presiden Filipina dari 2016 hingga 2022.
Duterte dikenal karena kebijakannya yang keras terhadap narkoba, yang mengakibatkan ribuan orang tewas dalam operasi polisi yang kontroversial. Menurut data resmi, sebanyak 6.248 orang tewas dalam operasi tersebut antara Juli 2016 dan April 2022. Namun, banyak kelompok hak asasi manusia percaya bahwa jumlah sebenarnya bisa mencapai 30.000 orang.

Setelah ditangkap, Duterte mempertanyakan dasar surat perintah tersebut, “Kejahatan apa yang telah saya lakukan?” Dia juga menolak meminta maaf atas tindakan keras antinarkoba yang brutal selama masa jabatannya.
ICC pertama kali mencatat dugaan pelanggaran tersebut pada 2016 dan memulai penyelidikan pada 2021. Penyelidikan tersebut mencakup kasus-kasus dari November 2011, saat Duterte menjabat sebagai wali kota Davao, hingga Maret 2019, sebelum Filipina menarik diri dari ICC.
Pihak berwenang mengatakan bahwa Duterte dalam “kesehatan yang baik” dan dirawat oleh dokter pemerintah. Rekaman yang ditayangkan stasiun televisi setempat menunjukkan dia berjalan di bandara menggunakan tongkat.
Kebijakan “perang melawan narkoba” yang diterapkan oleh Duterte telah menuai banyak kritik dari kelompok hak asasi manusia. Banyak yang percaya bahwa kebijakan tersebut telah melanggar hak asasi manusia dan menyebabkan banyak kematian yang tidak perlu.
Putri Duterte, Sara Duterte, adalah wakil presiden Filipina saat ini. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, aliansi keluarga Duterte dengan Presiden Ferdinand Marcos tampak retak setelah keduanya memenangkan pemilihan umum 2022 dengan telak. Bahkan, pada awal Februari 2025, parlemen Filipina memilih untuk memakzulkan Wakil Presiden Sara Duterte menyusul adanya tudingan dugaan korupsi.
